Postingan

mungkin

aku melihat matahari sudah tidak begitu terik tentu saja karna waktu sudah hampir sore sejujurnya aku menikmati suasa seperti ini terasa lebih tenang entah karna orang orang masih sibuk bekerja, atau masih tidur siang. aku memutuskan untuk berjalan keluar rumah sekedar membeli kopi, lalu duduk dipinggir jalan di bawah pohon tentunya agar terasa lebih sejuk sampai detik ini masih belum ada pemberitahuan yang muncul, ah mungkin dia sibuk atau sudah bosan kukira

bodoh

ketika tau bagaimana akan berakhir, tapi tetap tak bisa ku hindari. terselip sedih meski bahagia jelas kurasakan.  aku takut akan kecewa lagi.  bukan karnamu, bukan.  tapi karna aku yang terlalu berharap.  ada tawa meski luka masih terasa perihnya. 

monolog

musim hujan tahun lalu, saat aku masih disana, dan masih baikbaik saja.  tidak. aku hanya rindu saat itu, bahkan aku tak peduli denganmu. pun, aku tak menginginkan kau kembali.  haha. untuk apalagi?  mengingat betapa tak dihargainya aku waktu itu. sekedar menyapamu adalah ketidakmungkinanku.

sebab

ku duduk diantara ruang dan jurang, ku tertunduk diantara luang dan juang. tak sedikitpun terlintas niat tuk beranjak, tak sedetikpun terbuang karna berjarak. dalam hening aku menyapa,  dalam gelap aku berduka.  pekat melekat dalam dekap, tercucur darah bekas tertancap duri tajam.  semakin erat ku genggam, semakin parah rongga luka yang menganga.  ingin ku tanya mengapa, tapi untuk apa?

Aku baik

Nyatanya memang aku yang terlalu besar menaruh harap Aku masih menunggu dan terus menunggu Yang pada kenyataannya kamu memang tak pernah peduli Akal sehatku mati sudah Sebegitunya ingin menghindar Padahal yang kamu bilang kita masih baik Tapi apa Seniat itu untuk tidak saling sapa terlebih bertemu Setidaknya, Terimakasih karna pernah hadir Meski pergi dengan meninggalkan tanya Yang ku sadar kini tak kan pernah terjawab

Mencintaimu

Menyembuhkan luka tak sesederhana mengucap kata. Cerita yang terlalu singkat untuk meninggalkan luka sedalam ini. Aku tau, tak hanya aku tapi kaupun demikian. Kita hanya harus bertahan sampai badai ini reda. Mencintaimu sungguh melelahkan, tapi tetap kulakukan. Menunggumu sungguh menghabiskan waktuku, tapi tetap ku bertahan. Berulangkali kau menyuruhku pergi, tapi tak sejengkalpun aku meninggalkanmu. Kau tau kekasih? Bahkan untuk menyerahpun aku tak sanggup.

Tanya

Setiap sudut kota ini, hanya akan mengingatkanku padamu. Perih terasa tatkala wajahmu terbayang.  Suaramu, aromamu, tingkahmu.  Terlalu lekat melekat dalam kalbu.  Bagaimana aku harus bertahan dengan semua keadaan ini.  Sunyi yang kian merasuk mendahului kedalam relung hati.  Sudah terlalu jauh untuk kembali.  Terlampau dalam untuk pergi.  Apa karna aku dimasa lalu?